Rabu, 10 April 2013

Limbah Hasil Produksi Gula



2.1              Limbah Hasil Produksi Gula
Limbah (waste) merupakan bahan sisa yang tidak berguna atau sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomis. Limbah pabrik gula dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

2.1.1        Limbah Padat
Limbah pada produksi gula berupa ampas tebu, blotong dan abu pembakaran ampas tebu.
Ampas tebu didapatkan dari proses penggilingan sedangkan blotong didapatkan dari proses akhir pemurnian nira dan abu pembakaran ampas tebu dihasilkan dari pembakaran ampas tebu di ketel uap.

a.      Ampas tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu setelah diekstrak  atau dikeluarkan  niranya pada industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu. Pada penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah. Untuk mendapatkan nira yang optimal, pada penggilingan ampas hasil gilingan kedua harus ditambahkan susu kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa yang mampu menyerap nira dari serat ampas tebu, sehingga pada penggilingan ketiga nira masih dapat diserap meskipun volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua. Pada penggilingan seterusnya hingga penggilingan kelima ditambahkan susu kapur 3Be dengan volume yang berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang masih dapat dihasilkan.
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (Carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan abu (Ash) 2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.
Kelebihan jumlah ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula  diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien). Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu.

b.      Blotong
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50 – 70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8 – 4 % dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang dihasilkan diangkut dengan truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan terbuka dan dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut.



c.       Abu pembakaran ampas tebu
Abu pembakaran ampas tebu merupakan sisa pembakaran tidak sempurna ampas tebu yang digunakan dalam proses pengolahan tebu. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Komposisi kimia dari abu ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa yang dapat dilihat pada tabel (3.2) berikut.

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Abu Pembakaran Ampas Tebu
Senyawa Kimia
Prosentase (%)
SiO2
71
Al2O3
1,9
Fe2O3
7,8
CaO
3,4
MgO
0,3
KzO
8,2
P2O5
3,0
MnO
0,2

2.1.2        Limbah Cair
Limbah cair pada pabrik gula terdiri dari air bekas kondensor dan air cuci tapisan. Limbah cair tersebut tidak mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya, hanya minyak yang terbawa dalam air cucian dan angka BOD nya yang perlu mendapatkan pengontrolan.

2.1.3        Limbah Gas
Limbah gas pada pabrik gula umumnya adalah asap cerobong yang merupakan gas sisa pembakaran dari ketel uap. Asap cerobong ini dapat digolongkan sebagai aerosol.
Asap cerobong yang mengandung partikel-partikel arang yang berasal dari pembakaran ampas merupakan asap yang berbahaya sehingga tidak boleh langsung dibuang ke udara tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Dalam menangani limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
-          Pengendalian Limbah (treatment) yang menggunakan perlakuan tertentu untuk mengatasi masalah pencemaran yang ditimbulkan tanpa memanfaatkannya.
-          Pemanfaatan (utilization) yang bertujuan untuk mengatasi masalah pencemaran yang ditimbulkan sekaligus memanfaatkannya.

Comments
0 Comments

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-q =))